Konsep
energi adalah hal dasar dalam sains. Secara sederhana, energi sebuah
zat menunjukkan kemampuannya melakukan usaha, dan usaha sendiri adalah
gaya yang bekerja pada sebuah jarak.
Sistem kimia
dapat memiliki energi kinetik (energi gerak) sekaligus energi potensial
(energi tersimpan). Energi kinetik yang dimiliki oleh kumpulan molekul
dalam zat padat, zat cair atau gas disebut energi termal. Karena itu zat
cair mengembang saat mereka memiliki lebih banyak energi termal.
Sebagai contoh, kolom air raksa, akan meninggi dalam tabung bila suhunya
semakin hangat. Dengan inilah maka termometer dapat dipakai untuk
mengukur energi termal, atau suhu, sebuah sistem. Suhu dimana semua
gerak molekul terhenti disebut nol mutlak.
Energi
dapat juga disimpan dalam atom atau molekul sebagai energi potensial.
Saat proton dan neutron menyatu membentuk inti unsur tertentu,
pengurangan energi potensialnya sesuai dengan pembentukan sejumlah besar
energi kinetik. Ambil contoh, pembentukan inti deuterium dari satu
proton dan satu neutron. Satuan massa dasar ahli kimia adalah mol, yang
mewakili massa, dalam gram, dari 6.02 × 1023 buah partikel,
baik itu atom maupun molekul. Satu mol proton memiliki massa 1.007825
gram dan satu mol neutron memiliki massa 1.008665 gram. Dengan
penjumlahan saja, satu mol atom deuterium (dengan mengabaikan massa satu
mol elektron) harusnya 2.016490 gram. Tapi saat di ukur, massanya
ternyata berkurang 0.00239 gram. Massa yang hilang ini adalah energi
ikatan inti atom dan mewakili energi yang dilepaskan oleh pembentukan
inti atom. Dengan memakai rumus Einstein untuk konversi massa menjadi
energi (E = mc2), kita peroleh energi yang setara dengan 0.00239 gram adalah 2.15 × 108
kilojoule. Ini sekitar 240,000 kali lebih besar dari energi yang
dilepaskan dalam pembakaran satu mol metana. Studi energi pembentukan
atom dan saling ganti massa dan energi ini adalah bagian dari cabang
ilmu Kimia Inti.
Energi yang
dilepaskan dalam pembakaran metana sekitar 900 kilojoule per mol. Walau
jauh lebih kecil dari energi yang dilepaskan dalam reaksi nuklir, energi
yang dikeluarkan proses kimia seperti pembakaran sudah cukup besar
untuk dirasakan sebagai panas dan cahaya. Reaksi demikian disebut reaksi
eksotermal karena ikatan kimia dalam molekul hasil, karbon dioksida dan
air, lebih kuat dan lebih stabil daripada molekul yang bereaksi
(reaktan) yaitu metana dan oksigen. Energi potensial kimia sistem ini
menurun, dan sebagian besar energi yang terbuang muncul sebagai panas,
sementara sisanya sebagai energi radiasi, atau cahaya. Panas yang
dihasilkan oleh reaksi pembakaran demikian akan meningkatkan suhu udara
sekitarnya dan, pada tekanan yang tetap, meningkatkan volumenya.
Perluasan udara ini menghasilkan usaha. Sebagai contoh, dalam silinder
mesin pembakaran internal, seperti mesin sepeda motor, pembakaran bensin
menghasilkan gas panas yang mengembang menghantam piston, sehingga ia
bergerak. Piston yang bergerak kemudian memutar crankshaft, yang
kemudian mendorong sepeda motor ke depan.
Dalam
kasus ini, energi potensial kimia telah diubah menjadi energi termal,
sebagian menghasilkan usaha. Proses ini menggambarkan pernyataan
kekekalan energi, yaitu hukum pertama termodinamika. Hukum ini
mengatakan kalau, untuk sebuah reaksi eksotermal, energi yang dilepaskan
oleh sistem kimia, sama dengan panas yang diperoleh lingkungan sekitar
plus usaha yang dihasilkan. Dengan mengukur panas dan usaha yang
menyertai reaksi kimia, menjadi mungkin untuk menentukan perbedaan
energi antara pereaksi dan hasil reaksi dalam beraneka ragam reaksi.
Dalam hal ini, energi potensial yang tersimpan dalam beraneka ragam
molekul juga bisa ditentukan, dan perubahan energi yang menyertainya
bisa dihitung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar